Sumber foto: twitter @rogbennett
Dunia sedang berpesta menyaksikan piala dunia. Namun, di dalamnya diselimuti oleh kasus-kasus tidak manusiawi yaitu perbudakan modern. Piala Dunia Qatar 2022 membutuhkan banyak hal infrastruktur untuk disiapkan seperti stadion, hotel, bandara.
Hal tersebut tidaklah mudah karena Qatar harus membangun 7 stadion baru demi terselenggaranya piala dunia. Sementara jumlah penduduk Qatar hanya sekitar 2,7 juta menurut data tahun 2020. Kemudian untuk memenuhi tuntutan tersebut maka Qatar memerlukan tenaga kerja asing (TKA).
Human Rights Watch mengatakan bahwa TKA di Qatar jumlahnya 2 juta lebih dengan rincian 1 juta bekerja di bidang kontruksi untuk membangun infrastruktur Piala Dunia Qatar 2022.
Sistem pembayaran/gaji yang digunakan Qatar kepada banyaknya TKA yaitu dengan kafala. Maksudnya adalah individu atau perusahaan dari Qatar berperan menjadi sponsor untuk mendatangkan TKA. Kemudian sponsor ini mengatur perihal biaya logistik dan akomodasi TKA selama disana.
Namun dalam praktiknya terjadi banyak permasalahan. Para sponsor justru berlaku semena-mena kepada TKA dan tidak memperlakukannya secara manusiawi. Para TKA harus mematuhi banyak aturan ketat dari sponsor seperti tidak boleh ganti pekerjaan dan meninggalkan Qatar.
TKA dipaksa bekerja berlebihan, diupah rendah dan memiliki resiko tinggi dalam kerja. Data dari The Guardian menyatakan bahwa sekitar 6.750 TKA dari India, Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, dan beberapa negara lain meninggal selama proses pembangunan infrastruktur Qatar.
Sebelum Piala Dunia Qatar 2022 dimulai telah banyak seruan untuk memboikot piala dunia. Suara dari pihak keluarga TKA yang meninggal, kelompok aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) tenggelam oleh euforia dunia dalam menyongsong Piala Dunia 2022. (Roudhotul Jannah)