Untuk meningkatkan kapasitas konselor secara individu yang inklusif dan berprespektif jender, Zero Human Trafficking Netork (ZHTN) menggelar Training Community Counselor dengan tema Penanganan Kasus yang Berprespektif Jender. Kegiatan ini dikoordinir oleh Kelurga Besar Buruh Migran Indonesia dan dihadiri oleh 13 peserta yang merupakan perwakilan organisasi dan komunitas alumni Training Gedsi (Kupang) dan ToT Modul Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berbasis Transformasi Gender, (Kemah Tabor – Mataloko). Kegiatan diselenggaraan pada 24-27 Agustus 2024 di Family Center SVD Ketentang, Labuan Bajo- Flores Barat, NTT.
Indah Wahyu Andari selaku fasilitator dari Rifka Annisa Woman Crisis Center Yogyakarta mengantar para peserta untuk memahai teknik dasar konseling untuk korban TPPO dan GBV. Menurutnya, membangun kepercayaan, hadir secara utuh, memberdayakan korban menjadi hal utama dalam proses kenseling bagi para korban kekerasan. Sementara Yuni Asriyanti dari UN Women menekankan empat prinsip pendekatan yang berpusat pada korban yakni mementingkan keselamatan, non diskriminasi, kerahasian, dan penghormatan. “Prinsip ini penting untuk diperhatikan dan diterapkan dengan harapan korban akan mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak menjadi korban berkali kali” jelas Yuni.
Baik Indi maupun Yuni masing-masing menggunakan metode role play (permainan peran) sehingga membantu para peserta untuk lebih memahami Teknik yang paling ampuh dalam konseling korban kekerasan.
Dalam arahannya, Koordinator ZHTN Romo Agus Duka SVD, mengapresiasi dan berterima kasih kepada seluruh peserta pelatihan yang sudah mengambil secara aktif mengikuti pelatihan konselor dalam upaya melawan TPPO, selain itu mengajak seluruh peserta agar terus menggandeng tokoh agama dan tokoh adat setempat untuk memperkuat pencegahan TPPO.
Sementara itu, Ketua KABAR BUMI Karsiwen berharap dengan pelatihan ini peserta dapat terampil dan mampu menjadi pendamping yang handal dan kapable bagi korban kekerasan dan korban TPPO.
Para peserta begitu antusias dan semangat sepanjang hari-hari pelatihan yang dikemas melalui fasilitasi yang diimbangi dengan icebreaking, diskusi, dan praktik, sehingga suasana pelatihan lebih hidup dan menarik.
Stevani G. Kowe, Koordinator Youth Task Force Anti TPPO Simpul NTT, merasa sangat bersyukur dan bangga bisa berproses bersama dalam pelatihan konselor untuk pencegahan TPPO. “Semoga seluruh peserta yang telah mengikuti pelatihan bisa menerapkan materi yang telah dipelajari di organisasi/komunitas masing-masing dalam mendampingi korban kekerasan. Tentunya pelatihan ini menjadi ruang untuk berjejaring dan memperluas aksi nyata dalam upaya pencegahan TPPO” pungkas Stevani. (Anisa)