Koordinator Rumah Perlindungan Anak dan Perempuan JPIC SSpS Flores Barat Sr. Maria Yosefina Pahlawati menandaskan bahwa tindak kekerasan paling dominan terjadi pada anak-anak dan perempuan. Dan ini berdampak pada gangguan psiko-sosial yang memprihatinkan. Untuk itu, dibutuhkan program-program anti kekerasan yang dicanangkan di Sekolah-Sekolah. Pernyataan ini disampaikan pada kesempatan Workshop (lokakarya) pencegahan perundungan dan tindak kekerasan pada Sabtu 16/10/2021 di SMK Stella Maris, Labuan Bajo-Manggarai Barat, NTT
Workshop tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Perlindungan Pemberdayaan dan Perlindungan anak Manggarai Barat Melki Nurdin dan Manager WVI Cluster Manggarai, Kristian Yansen Sahputra.
Melki Nurdin mengatakan bahwa harus ada antisipasi terhadap perubahan zaman yang semakin kompleks. Karena tiga puluh empat persen populasi penduduk Indonesia adalah anak-anak, atau ada sekitar 87 juta penduduk yang dikategorikan sebagai anak. Ada perbedaan anak zaman dulu dengan anak zaman sekarang. Selanjutnya Melki menunjukan pembagian generasi menurut para ahli. Pertama, generasi baby boomer (1946-1964), kedua, generasi X (1965-1980), ketiga, generasi Y (1981-1994), generasi Z (1995-2010), dan generasi Alpha (2011-2025).
Generasi Alpha diklaim sebagai generasi yang paling akrab dengan teknologi dan generasi yang paling cerdas dibanding dengan generasi sebelumnya. Adanya perbedaan tiap generasi menuntut pula ada perlakuan dan perlindungan khusus terhadap anak.
Sementara itu, Manager WVI Cluster Manggarai, Kristian Yansen Sahputra mengatakan, baru kali ini berpartisipasi dan melihat alur implementasi suatu project yang amat jelas. “Kami siap untuk memberikan dukungan dan kerja sama dengan pihak sekolah”, ungkap Yansen
Yansen menyatakan bahwa di Manggarai Barat ada dua isu dominan yang perlu ditindaklanjuti yaitu isu stunting dan kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Media dan modus yang digunakan dapat melalui media sosial maupun secara langsung.
Sebagai Sekolah Pusat Keunggulan, SMK Stella Maris telah menyusun program anti-perundungan. Tim MGMP guru BK melakukan riset internal tentang eksistensi aktus perundungan di Sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perundungan dan tindakan kekerasan yang terjadi selama ini di SMK Stella Maris.
Untuk menanggulangi fakta terkait perundungan di Sekolah, maka SMK Stella Maris akan melaksanakan program “Roots“ dan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman di Sekolah sehingga para peserta didik merasa at home dalam kegiatan belajar mengajar.
(Hernilinda Jebian)