Rabu (15/03/2023), Kargo Bandara El Tari Kupang, pukul enam pagi dua jenazah Pekerja Migran Indonesia yang bekerja secara nonprosedural di Malaysia tiba. Kedua jenazah merupakan pasangan suami istri atas nama BT (48) dan RLM (45) yang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas di KM 14, Jalan Pan Borneo, Kota Kinabalu pada Selasa (07/03/2023).
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari keluarga mendiang, BT dan RLM sudah bekerja dan tinggal di Malaysia selama dua puluh tahun. Di Malaysia, BT bekerja di Pertanian sedangkan RLM adalah ibu rumah tangga.
“Mereka pulang pergi Malaysia, dua anaknya juga bersama dengan mereka di Malaysia.” Kata salah seorang keluarga yang turut menjemput jenazah bersama petugas BP3MI Kupang.
Jenazah-jenazah PMI yang di pulangkan ke Indonesia biasanya adalah yang bekerja secara nonprosedural, tetapi ada juga yang akhirnya mengurus dokumen di negara penempatan, di bantu oleh perusahaan sehingga mereka menjadi PMI prosedural.

Usai dikeluarkan dari Area Kedatangan Kargo, yang disambut oleh tangis keluarga, jenazah didoakan oleh Pendeta Emmy Sahertian dan Ibu Yanti Arman dari Devisi Perlindungan dan Pemberdayaan BP3MI NTT. Provinsi NTT adalah provinsi dengan toleransi yang tinggi sehingga keluarga menerima dengan baik ketika jenazah didoakan secara Kristen lalu ditutup dengan doa Al-fatihah.
“Harapannya adalah agar pemulangan jenazah ini bisa berkurang, namun untuk pemulangan jenazah sendiri yang paling banyak adalah dari Jawa Timur. Semua orang bisa meninggal, dan rentan jenazah PMI yang dipulangkan juga semakin banyak. Kita mengharapkan ada pengurangan tapi BP3MI NTT siap memfasilitasi,” jelas Ibu Yanti dalam wawancaranya pagi ini.
Berdasarkan data jenazah dari BP2MI, kedua jenazah adalah jenazah ke-20 dan ke-21 yang di terima NTT di tahun ini. Jenazah akan disemayamkan di rumah duka sebelum diberangkatkan ke kampung halaman di Adonara, Flores Timur dengan KM Sirimau. Tercatat sejak 2014 hingga kini, ada 721 jenazah PMI baik prosedural maupun non-prosedural yang di pulangkan dari berbagai negara penempatan seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Arab Saudi, Taiwan, Brunei Darussalam dan Jerman. Daerah asal paling banyak di pulangkan adalah dari Kabupaten Kupang, Flores Timur, Ende, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Malaka.
“Saya masih prihatin. Apakah mereka sejahtera atau tidak disana? Persoalan kita adalah PMI itu masih rentan, apalagi mereka menempuh jalur nonprosedural walaupun bisa menjadi prosedural. Ini adalah persoalan keluarga yang terpisah, ada yang di Timor dan ada yang di Malaysia. Kesejahteraan keluarga itu bukan hanya tentang uang tapi status dan akses kesejahteraan mereka di negeri ini. Itu harus di jamin sebagai Hak Asasi Manusia.” Ungkap Pendeta Emmy.
Selanjutnya Pendeta Emmy menekankan keprihatinannya karena masih banyak orang NTT yang harus keluar negeri untuk mencari kesejahteraan, itu adalah Hak Asasi mereka. Harusnya mereka pergi dengan selamat pulang juga dengan selamat.

Jenazah yang dipulangkan ke Indonesia, khususnya di NTT yang semakin tinggi ini membuktikan bahwa Perdagangan Manusia masih merajalela dengan modus-modus yang semakin canggih. Seperti gurita yang mencengkeram mangsanya, mereka yang sudah terjerumus sulit untuk bisa pulih kembali. Oleh karena itu diharapkan pemerintah bisa mendukung dan bekerjasama dengan masyarakat sipil terutama dalam membuka akses kesejahteraan masyarakat pedesaan juga pemberantasan mafia secara massif, terutama mafia kejahatan trans nasional.