Dalam rangka memeringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei, Divisi Perempuan Tim Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK) mengadakan Lomba Pidato tingkat SMA/sederajat se-Kabupaten Sikka bertempat di Hotel Pelita, Maumere, pada Selasa (2/2/2022) pkl. 09.00 WITA.
Hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Kadis PKO) Kabupaten Sikka, Bpk. Yosep Sales, Koordinator Divisi Perempuan TRUK, Sr. Fransiska Imakulata, SSpS, para staf Divisi Perempuan TRUK, guru-guru pendamping peserta lomba dari masing-masing sekolah, para juri, para kontestan, dan hadirin lain yang berkesempatan hadir.
Di bawah tema: “Wujudkan Generasi Bangsa Bebas Perdagangan Orang”, acara ini dipandu oleh Frt. Hendra Justian, SVD selaku master of ceremony (mc). Dalam sapaan awalnya, Frater Hendra menandaskan bahwa lomba yang diselenggarakan pihak Divisi Perempuan TRUK bertujuan memberi penyadaran kepada generasi milenial di sekolah-sekolah tentang isu-isu yang berkaitan dengan bahaya perdagangan orang (human trafficking). “Banyak temuan kasus human trafficking menyasar perempuan dan anak-anak, termasuk pelajar. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan langkah awal bagi para pelajar agar mengetahui bahaya perdagangan manusia dan mulai melakukan tindak pencegahan di lingkungan sekolah,” tandas Frater Hendra.
Frater Hendra juga menegaskan bahwa lomba ini akan menentukan seorang pemenang menjadi Duta Anti Human Trafficking di Kabupaten Sikka. “Adapun tugas yang mesti diemban oleh Duta terpilih yakni menjadi partner tetap dari TRUK sehubungan dengan sosialisasi dan kampanye pemberantasan human trafficking di sekolah-sekolah se-Kabupaten Sikka,” tutup Frater Hendra.
Sambutan-Sambutan
Seusai menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mengheningkan Cipta yang dipimpin oleh Kadis PKO, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari Koordinator Divisi Perempuan TRUK dan Kadis PKO.
Dalam awal sambutannya, Sr. Fransiska, SSpS menandaskan bahwa kegiatan yang bertepatan dengan Hardiknas ini dimaksudkan agar para pelajar dan pendidik melakukan refleksi tentang tiga semboyan yang dihayati dan disemangati oleh Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional), yakni Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayani. “Apakah para guru dan pelajar sudah menghayati tiga semboyan ini dalam lingkungan sekolah, juga dalam relasi sosial di tengah masyarakat?”
Dalam kaitannya dengan lomba, Suster Fransiska membeberkan maksud kalimat “Bebas Perdagangan Orang” agar bisa dipahami secara lebih menyeluruh. “Secara sepintas, banyak orang yang mendengar kalimat tersebut bisa sampai pada sebuah kesimpulan sempit yang menegaskan bahwa generasi bangsa diajak untuk membiarkan begitu saja kasus perdagangan orang terjadi. Padahal, maksud kalimat tersebut yakni agar generasi bangsa, dalam hal ini pelajar, menjadi garda terdepan untuk memberantas kasus perdangan orang dan membela hak-hak korban perdagangan orang,” tegas Suster Fransiska.
Hal ini berarti, lanjut Suster Fransiska, pelajar mesti siap menjadi agen perubahan (agent of change) yang mampu mengubah situasi suram perdagangan manusia di daerah ini. “Data yang ada menyatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi penyumbang terbanyak kasus perdangan orang, serentak menjadi provinsi penerima peti mati korban perdagangan orang. Para pelajar mesti menyadari situasi suram ini dan memulai langkah perubahan dengan memberikan penyadaran kepada teman sebaya di lingkungan sekolah tentang bahya perdagangan orang yang modusnya semakin beragam,” tambah Suster yang akrab disapa Suster Ika.
Pada saat yang sama, Suster Fransiska mengucapkan terima kasih kepada delapan sekolah yang telah menjawab surat undangan kegiatan dimaksud dan mengutus para peserta terbaik dari sekolahnya dan pendamping untuk mengikuti kegiatan dimaksud, Kadis PKO yang hadir, ketiga tim juri, panitia yang telah bekerja keras menyukseskan kegiatan lomba.
Mengakhiri sambutannya, Suster Fransiska menggaungkan slogan: “Hidup Pemuda Indonesia, Hidup Generasi Bangsa”, dan para hadirin dengan lantang menjawab: “Hidup”.
Dalam sambutannya, Bpk. Yosep Sales selaku Kadis PKO menegaskan kembali tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara yang diangkat oleh Suster Fransiska. “Tiga semboyan tersebut merupakan wujud historis bangsa yang tidak boleh dilupakan dalam dunia pendidikan. Tiga semboyan tersebut menjadi spirit dalam dunia pendidikan dan begitu kontekstual di Kabupaten Sikka ini. Para guru dan pelajar hendaknya menyadari, serentak menghayati tiga semboyan tersebut dalam lingkungan sekolah dengan cara menjadi sahabat bagi semua orang,” ujar Kadis PKO.
Sementara dalam kaitannya dengan lomba yang diselenggarakan oleh Divisi Perempuan TRUK, Kadis PKO mengangkat kembali situasi perdangan orang yang makin marak akhir-akhir ini. “Momen hari ini membuat kita melihat realitas dan situasi suram berkaitan dengan perdangan orang. Banyak perempuan dan anak mudah tergiur dengan pekerjaan instan yang menawarkan upah yang besar. Mereka mudah dirayu. Padahal, pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan awal sehingga akhirnya membuat mereka menjadi korban perdagangan orang,” tandas Kadis PKO.
Selain itu, lanjut Kadis PKO, kegiatan ini membantu kerja pemerintah Kabupaten Sikka. Peserta yang nantinya dinobatkan sebagai Duta Anti Human Trafficking akan bersama-sama membantu kerja pemerintah daerah untuk berkunjung ke sekolah-sekolah di Kabupaten Sikka untuk mengkampayekan bahaya perdagangan orang. “Kita akan bekerja bersama memberikan penyadaran ke sekolah-sekolah agar melihat kasus perdagangan orang sebagai isu bersama yang mesti diberantas. Saya mau lihat bagaimana sekolah-sekolah mampu memengaruhi publik untuk memberantas kasus ini,” ujar Kadis PKO menutup sambutannya.
Jalannya Lomba
Seusai sambutan, para hadirin diberi waktu 15 menit untuk break sejenak untuk minum. Sesudah itu, hadirin diminta untuk memasuki Aula Hotel Pelita untuk memulai lomba pidato. Ada 13 peserta yang membawakan pidato mereka, di antaranya 4 orang peserta dari SMAK Baktyarsa, 2 peserta dari SMAK Santa Maria Monte Carmelo, 2 peserta dari SMK Negeri 3 Maumere, 1 peserta dari SMA Seminari Bunda Segala Bangsa, 1 peserta dari SMA Negeri 1 Maumere, 1 peserta dari SMAK Frateran Maumere, 1 peserta dari SMA Negeri 2 Maumere, dan 1 peserta dari SMK Negeri 1 Maumere.
Alur perlombaan yang ditempuh dalam lomba ini, yakni para peserta diminta untuk menarik lot yang sudah disapkan untuk mengetahui nomor urut lomba. Sesudah mendapatkan nomor urut tersebut, peserta diminta kembali ke tempat duduknya dan dipanggil sesuai nomor urut lalu mulai membawakan pidatonya. Seusai membawakan pidato, peserta diminta untuk tetap berada di podium dan menjawab pertanyaan dari juri sebagai bentuk pertanggungjawaban pidatonya. Adapun juri dalam lomba pidato ini, yakni ibu Hermina Wulohering, S.IP (Mantan Wartawan Majalah HIDUP, bekerja sebagai staf Pusat Layanan Bahasa STFK Ledalero, Maumere), Frt. Krispinus Ibu, SVD (Mahasiswa Magister Teologi Kontekstual STFK Ledalero, Maumere), dan Frt. Honoratus Jonsi, SVD (Mahasiswa Magister Teologi Kontekstual STFK Ledalero, Maumere).
Secara umum, setiap peserta lomba mampu membawakan pidatonya dengan apik dan memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh juri. Sementara itu, para hadirin menjaga suasana hening sehingga memungkinkan kelancaran perlombaan.
Pengumuman Juara dan Penobatan Duta
Seusai rangkaian acara lomba pidato, tepat Pkl. 13.00 WITA, semua orang yang hadir dalam kegiatan ini dipersilakan untuk menyantap makan siang bersama yang sudah diatur oleh panitia lomba.
Sesudahnya, para hadirin diundang masuk kembali ke dalam aula dan mendengarkan hasil perlombaan sesuai dengan kalkulasi nilai yang sudah dibuat oleh tim juri. Berdasarkan ketentuan panitia lomba, ada 5 peserta yang nantinya akan mendapatkan hadiah lomba berupa sertifikat penghargaan dan uang. Besaran uang ditentukan dari berdasarkan urutan juara.
Sesuai kalkulasi nilai yang dibuat tim juri, ada 5 peserta yang berhak mendapatkan sertifikat dan uang, dengan urutan sebagai berikut:
- Maria Laurdesta, peserta dari SMAK Santa Maria Monte Carmelo, menjadi juara kelima (jumlah poin: 1675): mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp. 250.000,-
- Maria Putri Natalia Sota, peserta dari SMK Negeri 1 Maumere, menjadi juara keempat (jumlah poin: 1677): mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp. 350.000,-
- Mario Antonio Oktaviano Woga, peserta dari SMA Seminari Bunda Segala Bangsa, menjadi juara ketiga (jumlah poin: 1765): mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp. 600.000,-
- Agnes Noni Samara, peserta dari SMAK Frateran Maumere, menjadi juara kedua (jumlah poin: 1790): mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp. 800.000,-
- Antonia Maria Wain, peserta dari SMAK Baktyarsa, menjadi juara pertama (jumlah poin: 1800): mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp. 1.000.000,-
Seusai pengumuman juara lomba pidato, kegiatan dilanjutkan dengan penobatan Duta Anti Human Trafficking. Berdasarkan urutan dan perolehan poin di atas, peserta yang dinobatkan sebagai Duta Anti Human Trafficking adalah Antonia Maria Wain (peserta dari SMAK Baktyarsa). Penobatan ini dibuat dengan pemberian selendang Duta oleh Kadis PKO didampingi Koordinator Divisi Perempuan TRUK. Penobatan ini diselingi dengan pesan singkat berkaitan dengan perlawanan terhadap perdagangan orang yang diberikan oleh Kadis PKO, Koordinator Divisi Perempuan TRUK, dan Duta Anti Human Trafficking.
Sesudahnya, kegiatan perlombaan yang diselenggarakn oleh Divisi Perempuan TRUK ini diakhiri dengan foto bersama.*** (Fr. Kris Ibu, SVD)