Kaum muda NTT amat berperan dalam melakukan kampanye anti Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di media sosial. Karena itu, pentingnya memperkuat kapasitas dan partisipasi kaum muda NTT dalam kampanye media sosial demi meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang TPPO.
Gilbert Yesaya, anggota YTF Simpul NTT, mengatakan, media sosial menjadi tempat terjadinya banyak modus penipuan dan perekrutan pekerja migran ilegal.
Saat ini juga, banyak kaum muda yang aktif menggunakan media sosial, sehingga ia menekankan pentingnya pelatihan kampanye media sosial anti TPPO. Menurutnya pelatihan ini bertujuan agar anak muda terampil membuat konten di media sosial yang informatif dan edukatif bagi masyarakat luas.
“Kita sebagai generasi muda harus punya kesadaran akan pentingnya kampanye anti TPPO di sosial media. Supaya kita dapat bergerak bersama untuk menghentikan TPPO yang masif terjadi di NTT” ujar Gilbert dalam kegiatan Pelatihan Pencegahan TPPO dan Kampanye Media Sosial Anti TPPO, yang dilaksanakan YTF Simpul NTT dan KITA Institute pada Sabtu, 22/10/23.
Dalam pelatihan di hari kedua ini, Gilbert memberikan materi tentang “Social Media Campaign”. Ia secara khusus menjelaskan strategi kampanye media sosial di Instagram serta cara pembuatan konten dengan aplikasi Canva.
Para peserta pelatihan juga berkesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok untuk membahas fenomena sosial yang dikaji dengan materi Alat Analisis (Analysis Tools). Alat Analisis ini membantu peserta dalam menarasikan isu sosial pembuatan konten kampanye.
Setelah pembahasan diskusi dan pemaparan materi, Gilbert menugaskan masing-masing peserta untuk membuat konten kampanye. Setiap konten yang dibuat juga langsung dibahas bersama dan diberikan masukan. Adapun konten yang telah dikoreksi akan diunggah pada akun media sosial setiap peserta.
Gilbert berharap 20 peserta pelatihan bisa memperoleh pengetahuan baru dalam keterampilan membuat konten kampanye serta aktif memberikan edukasi anti TPPO bagi masyarakat luas.
“Semoga para peserta bisa menjadi agen-agen perubahan dalam penyebaran informasi terkait TPPO, demi menekan angka TPPO hingga tidak ada lagi PMI ilegal” pesannya.
Ariani Allo, salah satu peserta, mengatakan kegiatan pelatihan ini amat seru dan menarik. “Saya bisa belajar banyak hal baru terkait kampanye media sosial, tentang publikasi dan pembuatan konten yang berguna untuk menyadarkan banyak orang mengenai dampak TPPO” ungkapnya.
“Apalagi sekarang banyak anak muda yang aktif bermedia sosial, jadinya konten yang kita buat mampu menjangkau mereka, sehingga lebih memudahkan dalam penyebarluasan informasi” tambahnya.
Ia juga berharap semakin banyak orang yang tahu isu TPPO, terkhusus kaum muda agar sadar dan lebih bijak dalam memilih pekerjaan, karena dengan teliti pada hal kecil akan berguna dalam menjaga diri sendiri dan keluarga.
“Saya belajar tentang teknik dan strategi kampanye yang menarik orang untuk membaca konten, serta membangun interaksi yang lebih hidup dengan para audiens” ungkap Rima Dubu, peserta lainnya.
“Harapannya kami yang mengikuti pelatihan bisa menyerap dengan baik materi dan metodenya, agar bisa diaplikasikan ke media sosial masing-masing, supaya kami turut terlibat bersama dalam mengkampanyekan isu TPPO” kata Rima. (Yose)