I Gusti Ayu Vira Wijayantri (23) berasal dari Banjar Tegal, Desa Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali kini terlantar di Turki.
Vira memohon bantuan melalui WhatsApp supaya ia bisa balik ke Indonesia. Kini Vira sakit parah dan hidupnya dibantu oleh majikan ketiga di Mahmutlar, Sarihasanli, Antalya, Turki, yang kini menampungnya. Sebelumnya, Vira sempat melarikan diri dari majikan pertama dan kedua.
Keputusannya bekerja ke luar negeri bermula ketika pada Mei 2020 ayahnya sakit kanker tulang yang membutuhkan biaya tidak sedikit untuk pengobatannya.
“Kebetulan waktu itu adik saya pacaran dengan anaknya ibu Anak Agung Raka Murtini atau yang dikenal dengan sapaan Bu Gung. Dari situ saya awal mengenal Bu Gung, dan Bu Gung mengajak saya untuk ikut pelatihan SPA di Bali Widya Padmi International SPA School,” terang Vira dilansir dari medcom.id, Senin (15/8/2022).
Vira menambahkan bahwa sekolah SPA tersebut milik Ibu Anak Agung Raka Murtini. Ia dijanjikan akan diberangkatkan ke Turki dengan gaji yang besar setelah beberapa bulan mengikuti pelatihan di sekolah tersebut.
Kemudian pada Oktober 2020, setelah ia mengikuti pelatihan selama 5 bulan, ayahnya meninggal dunia. Melihat kondisinya yang saat itu Vira mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja ke Turki.
“Tetapi pada saat itu bu Gung tidak memberikan saya kesempatan untuk membatalkannya dengan alasan agar tetap berangkat, nanti uangnya untuk membiayai ibu dan adik, membayar utang. Karena sedikit dipaksa dan diiming-imingi gaji yang besar, akhirnya saya melanjutkan untuk melakukan pelatihan,” ucap Vira.
Lama tidak ada kabar untuk keberangkatan ke Turki, hingga akhirnya pada Maret 2021 ia diberi kabar bahwa akan berangkat pada akhir bulan April. Menerima kabar itu kemudian ia keluar dari tempat kerja sebelumnya pada awal April. Ia mengurus perihal administrasi dan menandatangani kontrak menjelang akhir April.
Pada saat penandatanganan kontrak, tertera gaji yang akan ia dapatkan adalah Rp 12 juta. Ia juga akan mendapatkan fasilitas penginapan dan makan minum. Namun, pada faktanya ia tidak memperoleh itu semua. Di dalam kontrak tersebut juga tertera surat perjanjian bahwa terdapat pemotongan gaji untuk penyalur.
Vira juga mengaku bahwa ia menemui kejanggalan ketika mengurus Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) pertengahan April.
“Saat mengurus KTKLN saya tidak diizinkan untuk berkata kalau saya berangkat melalui PT/agen Bu Gung. Saya tidak diizinkan untuk mengatakan alamat PT dari Bu Gung ini jika ditanya oleh petugas, yang sampai akhirnya pada hari itu kami gagal untuk mengurus KTKLN,” jelas Vira.
Keesokan harinya agen turut membantu dalam mengurus perihal KTKLN dengan alibi bahwa Vira adalah keponakannya dan akan melakukan keberangkatan secara mandiri. Vira harus membayar sebanyak Rp 1 juta untuk proses pembuatan KTKLN ini.
Sesampainya di Turki, Vira bekerja kepada atasannya yang bernama Abdulrahman di Hotel Lonicera.
“Kantin atau tempat makan sangat jauh saya harus jalan kaki selama 5 menit, terkadang saya hanya dapat makan sehari sekali dengan alasan karena ramai tamu, kadang saya curi- curi waktu saya taruh nasi dan lauk di kertas tisu, saya masukan ke kantong, nasi itu saya makan pada saat saya mengambil tamu karena jika tidak demikian maka saya tidak bisa makan seharian,” tuturnya.
Gaji Vira yang tersisa hanya sekitar Rp 4 juta. Setiap harinya ia diteror oleh agen penyalurnya yaitu Bu Gung. Dua kali kabur dan berganti atasan, Via mendapatkan pelecehan seksual. Kini Vira ditampung oleh majikannya ketika yang baik hati dengan gaji yang rendah. (Roudhotul Jannah)
Disarikan dari media medcom.id