Zero Human Trafficking Network

Connecting People, Make the Movement Visible

BISIK PERAN Episode 4: “Membangun Karakter Anak Muda Bangsa Tangguh Menghadapi Era Digitalisasi”

Facebook
Twitter
LinkedIn

Youth Task Force Anti TPPO kembali menggelar webinar series BISIK PERAN (Bincang Asyik Perdagangan Orang) pada Sabtu, 21 September 2024. BISIK PERAN episode ke-4 ini bertemakan, “Membangun Karakter Anak Muda Bangsa Tangguh Menghadapi Era Digitalisasi”. Tema ini diangkat sebagai upaya dan langkah dalam pembentukan pengetahuan dan karakter anak bangsa menghadapi era digitalisasi.

Pada webinar kali ini menghadirkan dua narasumber utama, Maria V. D. Pabha Swan (Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, UNDANA) dan Christiani N. Miru (Psikolog Klinis) serta dipandu oleh moderator Jenny Laamo dari YTF Simpul NTT.

Annisa Setya dalam sambutan mewakili KITA Institute mengatakan BISIK PERAN merupakan rangkain webinar dalam upaya pencegahan human trafficking melalui teknologi media. Ia berharap melalui kegiatan hari ini teman-teman bisa belajar dari para narasumber untuk menghadapi tantangan dan ancaman yang kita tidak ketahui di media digital.

“Semoga bisa membuka pikiran, memperluas perspektif kita dalam upaya mengembangkan teknologi dan tentunya dalam upaya pencegahan kekerasan maupun TPPO” kata Annisa.

(Tangkapan layar sesi presentasi)

Pada kesempatan pertama Maria V. D. Pabha Swan yang juga disapa Maria Rossi membawa materi berjudul, “Peluang dan Tantangan bagi Anak Muda Bangsa Menghadapi Digitalisasi”.

Dalam pengantarnya Maria Rossi mengatakan perkembangan teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif. Perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas. Di sisi lain tingginya aktivitas digital membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman masyarakat terkait literasi digital.

Ia juga menjelaskan lima peluang bermedia digital bagi generasi muda, antara lain: kemudahan mengakses informasi, konten kreator digital, pengembangan industri kreatif, membantu pekerjaan, dan menjadi agen perubahan.

Di tengah banyaknya tantangan digitalisasi bagi anak muda, Maria Rossi menekankan pentingnya etika digital, literasi digital, dan kiat-kiat positif dalam interaksi di dunia digital. “Sekarang zamannya kolaborasi, bekerja menghasilkan karya bersama, tidak sendiri-sendiri, sehingga dapat menghasilkan karya yang kreatif dan orisinil” pesan Maria Yossi.

Pada kesempatan kedua Christin Miru yang juga merupakan anggota YTF SImpul NTT memaparkan presentasi bertajuk, “Membangun Mental Tangguh Menghadapi Digitalisasi”.

Christin Miru menerangkan pada era digitalisasi ini pentingnya membangun kesehatan mental yang baik. Menurut WHO, kondisi sehat secara mental dapat membuat seseorang mampu mengatasi stress sehari-hari, mengenali potensi diri, mampu produktif (bekerja/belajar), dan berkontribusi pada masyarakat.

Ia juga menjabarkan lima upaya untuk sehat mental dalam era digitalisasi. Control, pilih koten dengan bijak (sumber dan isi yang jelas), batasi screen time. Competence, kenali diri dan kembangkan potensi dari dalam diri. Connection, ceritakan dan bangun kepercayaan terhadap orang lain, sharing hal-hal yang positif, bertutur kata sopan dalam media. Coping, membangun mekanisme coping yang sehat.

(Tangkapan layar peserta webinar BISIK PERAN)

“Setiap hari kita hidup dalam dunia digital, tentu saja itu berpengaruh terhadap kesehatan mental kita, jadi kita mesti peduli pada diri kita dalam menggunakan media sosial dengan bijak. Bila teman-teman mengalami gejala-gejala atau gangguan kesehatan mental segera cari profesional sebagai pendamping” pesan Christin Miru.

Setelah sesi pemaparan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Pada penghujung acara, dilakukan sesi kuis online dengan sejumlah pertanyaan yang membahas materi-materi presentasi. Sampai jumpa pada webinar BISIK PERAN episode selanjutnya. (Yose)

 

More Posts

id_IDBahasa Indonesia