Jejaring Solidaritas Perempuan NTT menggelar aksi 1000 lilin untuk Eny Anggrek di depan gedung DPRD NTT, pada Senin (18/08/23). Aksi damai ini mengusung tema “Perempuan NTT Bangkit Melawan”.
Aksi damai ini sebagai upaya mengangkat persoalan-persoalan yang dialami oleh perempuan di NTT yang masih terkungkung budaya patriarki, mengalami diskriminasi, kekerasan fisik, psikis, dan verbal serta pengabaian.
“Kami bersuara bukan hanya untuk Enny Anggrek, melainkan juga untuk semua perempuan NTT. Karena masih banyak peristiwa ketidakadilan yang dialami kaum perempuan di pelosok-pelosok NTT” ungkap Doni Parera, Sekretaris Jejaring Solidaritas Perempuan NTT, dalam orasinya.
Doni mengatakan perjuangan perempuan NTT bahkan untuk diperlakukan setara masih sangat berat. Salah satu persoalan yang tengah mencuat adalah ketidakadilan yang dialami oleh Enny Anggrek.
“Dalam tugasnya sebagai wakil rakyat di Kabupaten Alor sebagai Ketua DPRD, Enny Anggrek tidak saja mengalami penganiayaan secara politik, tetapi juga kekerasan fisik, psikis, dan verbal yang sungguh merendahkan martabatnya” tegas Doni.
Ia menyebutkan proses-proses hukum yang telah dilakukan sebagai bentuk perlawanan yang elegan dan bermartabat, pada akhirnya mandeg dan tidak berjalan.
“Karena itu kami dalam jejaring (puluhan ormas, LSM, individu, dan akademisi) menganggap penting untuk mengangkat kasus ini ke publik. Supaya semua manusia diperlakukan setara sesuai Hak Asasi Manusia” jelas Doni.
Ia menerangkan kasus yang dialami Enny Anggrek bisa menjadi tanda buruknya penyelesaian banyak kasus yang tidak jelas, bahkan cenderung menyalahkan perempuan.
“Karena itu kami berharap kasus ini harus mendapat perhatian dari semua pihak, terutama lembaga-lembaga negara yang didirikan untuk melayani semua masyarakat tanpa membeda-bedakan” katanya.
Doni juga menambahkan perempuan NTT masih tidak diperlakukan setara dalam mendapatkan akses-akses publik seperti pendidikan, hukum, dan kesehatan.
“Bahkan banyak perempuan NTT yang diperdagangkan seperti bukan manusia dan kemudian harus menanggung sendiri banyak risiko, hingga seringkali mati sia-sia” ungkap Doni.
Dalam aksi damai ini dilakukan pembentangan spanduk, pembakaran 1000 lilin, pembacaan puisi, penggalangan tanda tangan pada kain putih, menyanyikan lagu-lagu bertema perempuan dan ditutup dengan doa bersama. (Yose)